Parents Guide : “How to be a Good Parents” By Taelli.
Cast : SHINeef(x) member.
PG 17-rated. Bagi yang dibawah umur, Go back to home now.
Friendship. Marriage live.
***
Busan, 08.00 PM.
“Aku pulang. . .” Taemin membuka pintu, melepas sepatu, kaos kaki, dan menaruhnya di rak dengan enggan. Tubuh dan pikirannya capek, meski baru seminggu ia masuk kantor, namun apa daya, segunung pekerjaan menuntutnya untuk lembur. Jika boleh jujur ia
belum terbiasa dengan kehidupannya sekarang. Satu setengah bulan yang lalu, tepatnya setelah ia menikah dengan istrinya sekarang, Taemin mengikuti jejak keempat hyung-nya, meninggalkan gemerlap dunia entertain yang telah membesarkan nama mereka. Beda dengan hyungnya yang dengan mudah beradaptasi-bahkan cenderung menikmati kehidupan yang sekarang-Taemin kepayahan bertransformasi dari seorang main dancer grup idola menjadi kepala divisi bagian keuangan sebuah agensi modeling. Tapi cukup impas baginya, karena ketika ia pulang dengan tubuh dan pikiran yang lelah, ia menemukan kesadaran bahwa semua kelelahan dan kepayahan yang didapatnya semata-mata demi membahagiakan seorang wanita cantik yang-dengan usaha amat keras-mau menjadi istrinya.
“Oppaaaaaaaaa~!!!”
Drap drap drap. Derap lari Sulli terdengar kencang saat gadis itu berlari melintasi koridor kecil yang menghubungkan ruang tamu dengan pintu masuk. Sesaat setelah Taemin berdiri dan menghadap kearahnya, tanpa aba-aba Sulli melempar tubuhnya sendiri agar ditangkap oleh suami tercintanya itu.
“Wow wow. . . pelan-pelan sayang” Taemin dengan kesigapan seadanya segera menangkap tubuh istrinya yang lumayan (ehem) bongsor itu. Dengan binar mata antusias dan senyum bahagia yang tidak bisa disembunyikan, Sulli yang posisinya lebih tinggi karena gendongan suaminya, membisikkan sesuatu dengan hati-hati.
“Oppa, aku hamil! oppa akan segera menjadi Ayah!”
Taemin terpaku. Bisikan itu seperti sihir yang membuat kelelahan Taemin hari ini sama sekali tidak ada artinya. Hilang. Menguap, entah kemana. Taemin mematung karena tidak tau bagaimana cara mengungkapkan kebahagiaan yang meledak-ledak dalam hatinya. Dipeluknya sang istri erat-erat, sebulir air yang turun dari pelupuk matanya menjadi jawaban pengungkapan kebahagiaan. Dengan suara bergetar, Taemin mengucapkan terimakasih kepada Sulli dan Tuhan.
***
Langkah pertama ketika sebuah keluarga akan menjadi sempurna karena kehadiran seorang anak adalah : Menyambutnya dengan suka cita dan bersyukur kepada Tuhan.
Kemudian langkah selanjutnya yang dilakukan rutin hingga sang buah hati lahir adalah : belajar bagaimana merawat dan menyayanginya dengan benar.
Menyayangi mungkin tidak perlu proses belajar. Tapi merawat adalah tantangan belajar terbesar.
Dengan paham seperti itu, Taemin dan Sulli menghubungi yang sudah berpengalaman untuk membantu mereka belajar. Bukan, bukan orang tua mereka, itu mungkin akan sedikit sulit-belajar dengan orang tua-maka dari itu Sulli dan Taemin memutuskan menghubungi seseorang yang sudah berpengalaman namun usianya tak jauh dari mereka.
Yup. Taemin menghubungi keempat hyung-nya yang notabene menjadi Ayah-ayah muda mantan artis seperti dirinya.
Namun karena kesibukan yang sudah menjadi rutinitas mereka, menyamakan jadwal untuk bertemu menjadi hal sulit. Ini juga karena mereka tidak tinggal dinegara yang sama. Hanya Taemin dan Jonghyun yang tinggal di Korea. Key dan Amber lebih sering di Hongkong. Minho-Krystal menetap di Amerika dan hanya ke Korea jika sedang musim liburan. Sedangkan Onew untuk dua tahun kedepan tinggal di China karena pekerjaannya sekaligus memenuhi keinginan istri untuk pulang ke kampung halaman. Dengan keadaan seperti itu, keempat hyungnya meminta maaf karena tidak bisa membantu banyak untuk anak pertama mereka.
Meski kesal rencana mereka batal, Taemin dan Sulli mencoba untuk mengerti. Hello, mereka bukan lagi magnae yang harus dituruti permintaannya. Mereka telah belajar untuk dewasa, dan pengertian adalah salah satu syaratnya. Maka dari itu mereka memutuskan untuk belajar bersama melalui buku dan internet. Oh, bantuan dari senior-senior seperusahaan dulu juga tak kalah membantu. Taemin sudah tidak lagi merasa keberatan akan pekerjaannya, karena kelelahan sepulang kerja tidak ada apa-apanya dibandingkan melihat Sulli menyambutnya pulang dengan perut yang semakin membesar setiap harinya.
***
Sulli dan Taemin berpikir mereka sudah cukup mengerti dan siap perihal merawat seorang bayi. Mereka bahkan sudah mempraktekkan ‘merawat’ secara nyata pada anak ke3 Seohyun dan Kyuhyun(yang merelakan bayi mereka menjadi bahan praktek) yang baru saja lahir pada bulan itu. Namun ternyata tawaran ‘belajar merawat’ dari mentor-mentor-yang sesungguhnya mereka inginkan-datang di musim semi pada bulan Maret, dimana usia kehamilan Sulli sudah mencapai 9 bulan. Email Onew yang mengatakan bahwa ia dan ketiga lainnya akan tiba di Jeju minggu depan membuat Taemin Sulli senang sekaligus bingung. Ya bagaimana tidak? Usia kehamilan Sulli yang mencapai 9 bulan tidak memungkinkannya untuk berpergian jauh, namun disisi lain ia begitu rindu kepada 8 rekannya.
“Tidak tidak unnie, jangan karena aku jadi repot-repot begitu, kalian nikmati saja liburan disana”
“Jangan mengkhawatirkan aku, jika memungkinkan aku pasti datang, Ya ya… tentu, hehe… dia rewel? oh baiklah, ya, sampai jumpa nanti, bye”
Sulli mendesah sambil meletakkan gagang telepon ke tempatnya.
“Bagaimana?” Taemin menatap istrinya, sebelumnya-meski berat-ia sudah melarang Sulli ikut, tapi Sulli tetap berkeras, sekarang setelah ia menerima telepon dari salah satu unnienya, Taemin yakin istrinya itu semakin ingin pergi, dan tidak ada yang bisa melarangnya. Bahkan kalau perlu, Sulli akan menggunakan alasan bahwa ia-
“Oppa aku dan anakmu ingin pergi kesana, aku mengidamkannya, ah bukan, kami mengidamkannya” ucap Sulli dengan wajah yang dibuatnya meyakinkan.
See? Taemin bahkan belum selesai membatinnya dalam hati. Taemin tersenyum, kemudian mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. “Well, kurasa aku kalah, kalau istri dan anakku yang menginginkannya, aku bisa apa?”
“Yeaaay!!! Aku sayang oppa, cup cup cup” Sulli menghambur memeluk Taemin yang terduduk dan mendaratkan beberapa kecupan ringan pada wajah tampan suaminya.
“Tapi sayang, kau harus jujur, aku tau ini murni keinginanmu untuk pergi kesana, kau tidak boleh membawa-bawa anak kita sebagai alasan”
Sulli mengerucutkan bibirnya, kemudian dengan suara ala Goo Jae Hee-tokoh yang diperankannya dalam sebuah drama-Sulli mengakui sifat kekanakannya. Taemin tertawa pelan, mengacak rambut Sulli, sambil kemudian menuntun istrinya itu kedalam kamar.
“Nah sekarang istirahatlah, biar aku yang menyiapkan keperluan ke Jeju, kita berangkat pagi-pagi besok” Taemin mengecup dahi Sulli, tidak lupa perut-tempat anaknya beristirahat untuk sementara-istrinya, kemudian menyelimutinya sebatas dada.
“Good Night” bisik Taemin lembut.
Dan selesai sudah ritual kecil yang akan mengantar Sulli pada mimpi indah.
***
Perlahan Sulli membuka matanya, sebenarnya ia belum benar-benar tertidur sejak Taemin menidurkannya tadi, mungkin ia terlalu bersemangat untuk hari esok, hari dimana ia menemui sahabat-sahabat tercintanya setelah sekian lama. Hal pertama yang dilihatnya ketika membuka mata adalah punggung sang suami yang sedang mengepak beberapa bajunya dan baju Taemin sendiri untuk dibawa ke Jeju besok. Tak lupa Taemin menyertakan beberapa vitamin dan obat-obatan Sulli yang ia letakkan di kopor terpisah. Sulli memang mudah mual di bulan-bulan tua kehamilannya. Mungkin karena ini kehamilan pertamanya.
Melihatnya, tanpa sadar Sulli tersenyum. Betapa Tuhan telah begitu baik memberikan seorang suami yang begitu menjaga dan mengertinya. Delapan bulan lalu, Sulli ingat betul suaminya itu langsung terjun dalam peran ayah-meski bayi-nya belum lahir-tanpa protes atau keberatan apapun. Meski lelah sepulang kerja, Taeminlah yang mengurus Sulli di bulan pertama kehamilannya. Bangun lebih awal, mencuci baju, mencuci piring, membersihkan apartemen, berbelanja, bahkan-hingga-memasak, semua sudah menjadi rutinitas Taemin. Sulli juga ingat, pernah Sulli melarang Taemin keras-keras dan memperingatkannya agar berhenti mengerjakan pekerjaan rumah tangganya, tapi suaminya itu hanya tersenyum, menggendong Sulli untuk kemudin ditaruh dipangkuannya, dan menjawab dengan sabar. “Dengar sayang, sekali ini saja biarkan aku melakukan yang aku mau. Ini kehamilan pertamamu, anak pertama kita, aku mau segalanya yang terbaik untuknya. Termasuk kesehatanmu.”
“Tapi oppa, aku bisa melakukan semuanya ta-mmm”
Taemin memberikan satu kecupan gemas pada bibir Sulli karena istrinya itu menyelanya.
“Nyonya Lee, bisakah kau menunggu suamimu selesai bicara dulu?” tanya Taemin lembut setelah melepas bibir Sulli. Sulli mengangguk sebagai jawaban.
“Tanpa menyela sedikitpun, janji?”
“Tanpa menyela sedikitpun. Janji” jawab Ssul.
Taemin tersenyum. Kemudian kembali melanjutkan argumennya. “Aku tau kondisimu yang sekarang masih dapat mengatasi pekerjaan rumah tangga, tapi setelah aku mengerjakan apa yang kau sebut dengan ‘pekerjaan rumah tangga’ itu, pendapatku berubah. Demi Tuhan Lee Jinri, semua pekerjaan-pekerjaan itu-mencuci, mengepel, memasak, menyapu-ternyata begitu berat. Terlebih untuk ibu hamil sepertimu. Jadi mulai hari ini tidak kuijinkan kau menyentuh satupun dari pekerjaan-pekerjaan itu. Tidak satupun. Dan kuharap kau mau mengerti”
“Astaga oppa benar-benar berlebihan, aku-”
Taemin meletakkan telunjuknya pada bibirnya, membuatnya kembali mengangguk. Suaminya itu belum selesai bicara rupanya.
“Kau tahu Ini pengalaman pertamaku sebagai seorang Ayah, juga pengalaman pertamamu sebagai seorang Ibu. Pengalaman yang kita tunggu sejak kita berdua memutuskan untuk menikah. Jadi yang kulakukan mulai hari ini bukan hal yang harus kau larang, aku menjalankan bukan karena kewajiban ataupun rasa tanggung jawab”
“Lalu karena apa?” tanya Sulli gemas. Taemin memutar bola matanya sebelum menjawab;
“Tentu saja karena aku ingin. Memang karena apa lagi?”
Dan~
Sulli terpana. Astaga Taemin!! betapa baik, betapa gentle, betapa keren, betapa sempurna laki-laki ini untuknya. Hilang sudah serentetan kalimat protes yang tadinya akan ia layangkan. Jawaban Taemin barusan membuatnya semakin mencintai suaminya itu, dan mungkin rasa cinta itu akan terus bertambah, terus, terus dan terus hingga mereka memiliki anak cucu nanti.
Taemin tersenyum menatapnya. “Ah ya, besok barang-barang yang kupesan akan datang, atur letaknya sesuai seleramu sayang”
“barang-barang?” Sulli mengerutkan keningnya.
“Yah, mesin cuci, dish washer, pembersih debu, lemari pendingin, dan kitchen set yang lebih canggih dari yang kita punya sekarang”
Sulli mengerutkan keningnya lebih dalam. Heran karena Taemin membeli barang yang sudah mereka punya. Tapi sebelum sempat bertanya, suaminya itu sudah keburu menciumnya. Kali ini dengan cukup panas.
Sulli tersenyum senyum mengingat hari itu, dan sebelum ia bisa mengontrol senyum pada wajahnya, rupanya Taemin sudah selesai mengepak barang dan mendapati istrinya tersenyum sendiri dengan wajah menggemaskan. Menurut Taemin, Sulli selalu tampak sempurna dengan ekspresi apapun pada wajahnya.
“Sayang, kau belum tidur? kenapa tersenyum sendiri begitu? jangan membuatku takut”
“Hahaha…. tidak oppa. Aku tidak bisa tidur, rupanya anakmu minta dipeluk olehmu, sampai pagi”
Mendapati jawaban Sulli, Taemin mengerling jenaka pada istrinya itu. “Wait for a sec honey” ucapnya, kemudian melepas kaos dan celananya. Image pretty boy rupanya sudah dibuang jauh-jauh oleh suaminya semenjak mereka meninggalkan gemerlapnya dunia hiburan. Ack!! Mata Sulli jadi tidak bisa lepas dari tubuh indah itu….
“Hei… kenapa?” tanya Taemin sambil mengenakan piyama bagian atas dan mengancingkannya satu-persatu. Ia tahu betul apa yang dipikirkan Sulli saat ini. Tapi ia hanya bisa tersenyum tanpa berbuat apa-apa. Takut keblablasan, (mungkin).
Sulli menggeleng sambil tersenyum.
“Nice view” jawabnya riang.
Sebelum melakukan yang tidak-tidak, Taemin segera mengistirahatkan tubuhnya disamping Sulli, seraya mendekap istrinya itu dengan hangat.
“Tidurlah, aku akan memelukmu, sampai pagi.”
***
Taemin dan Sulli berangkat dengan penerbangan pertama dan kelas satu pada hari itu. Ini ia lakukan karena tidak ingin Sulli mabuk udara atau semacamnya. Sebenarnya sangat beresiko bepergian jauh dengan kondisi Sulli yang hamil, tapi jelas ia tidak kebal terhadap rajukan istri, jadi yang Taemin bisa lakukan hanyalah berdoa. Dan Tuhan tentu bermurah hati mengabulkan permintaannya. Karena setelah penerbangan yang memakan waktu dua jam, mereka tiba dengan selamat.
“Unnie bilang mereka menunggu kita di tempat kedatangan, mereka bahkan membawa kertas sebagai papan nama, hahaha” Sulli tertawa kecil membaca pesan singkat dari Luna yang baru saja masuk sesaat setelah handphonenya ia aktifkan. Unnienya punya selera humor yang cukup unik ternyata. Seperti baru pertama kali bertemu saja menggunakan papan nama.
“Ah! itu nama kita!” Sulli mempercepat langkahnya, disampingnya Taemin yang menggandeng dua kopor besar dan kecil juga melakukan hal sama. Saking senangnya mereka sampai tidak menyadari sosok mahluk-mahluk yang mereka hampiri.
“Tunggu-tunggu” Taemin dan Sulli berkata hampir bersamaan ketika akhirnya mereka sampai didepan lima pasang mata dengan wajah polos-tak berdosa yang memegang kertas bertuliskan nama mereka.
“Kalian…” Taemin bersuara namun suaranya kembali tertelan. Sulli menatapnya bingung, begitu juga dengannya. Ada waktu sekitar lima menit yang mereka-Taemin dan Sulli- habiskan untuk saling pandang dengan lima pasang mata itu. Hampir memasuki menit ke-enam sebelum kemudian salah satu dari kelima pasang mata itu-yang sepertinya paling tua-bersuara.
“Paman Taemin dan bibi Sulli?” tanyanya ragu-ragu sambil melepaskan gandengan kedua gadis kecil yang ada disisi kanan-kirinya. Laki-laki kecil ini tampak berani, tidak seperti kedua gadis disisinya yang pemalu dan dua laki-laki kecil lain yang lebih memilih cuek karena sibuk bertukar kelereng. Sebelum Taemin dan Sulli sempat menjawab, anak-anak dihadapan mereka sudah sibuk kasak-kusuk sendiri.
“Sulli ahjumma?” bisik gadis kecil disisi kanan laki-laki kecil yang bertanya tadi.
“Auntie Sulli? beautiful…” timpal gadis yang disisi kiri dengan logat barat yang sempurna. Sementara dua laki-laki kecil bermata sipit tadi masih saja cuek.
“Apa kita pernah bertemu paman tampan dan bibi cantik?”
Mata Sulli membulat sempurna. Kalimat yang digunakan anak ini mengikatkannya pada seseorang. Dan setelah menyadari siapa ‘seseorang’ yang ia maksud, rasa haru menghantam hatinya bertubi-tubi. Sulli melemparkan pandangannya pada Taemin yang sedang menatapnya dengan rasa yang sama. Rupanya Taemin sudah menyadari siapa kelima bocah dihadapan mereka.
“Tentu kita pernah bertemu tampan.” jawab Sulli seraya mengelus lembut rambut anak kecil dengan garis wajah tegas-sempurna tersebut. Satu-satunya jenis garis wajah memukau yang Taemin dan Sulli yakini milik orang itu. Orang yang menjadi ayah dari anak pemberani dihadapan mereka. “Tapi waktu kita bertemu kau bahkan belum bisa membuka matamu, Seung Pyo” lanjut Sulli sambil tersenyum. Kontan mata Seungpyo membulat. Taemin tersenyum menatap kelimanya “Beberapa tahun lagi Kim Seungpyo, dan paman yakin kau tidak akan ada bedanya dengan Ayahmu” ucapnya.
Mendengar ucapan Taemin, Seungpyo dan empat lainnya tertegun menatap Taemin dan Sulli. Karena pada awalnya Seungpyo hanya mengucapkan pertanyaan yang iseng-iseng ayahnya suruh untuk disampaikan saat mereka berlima bertemu Sulli dan Taemin nanti. Dan diluar dugaan, Sulli dan Taemin bahkan tahu namanya meski dalam ingatan lima tahun-nya ia yakin tidak pernah bertemu Sulli dan Taemin sekalipun.
Sulli menegakkan posisi tubuhnya, membungkuk dengan perut ‘sembilan bulan’nya bukan hal mudah meski hanya sebentar. Dan sekali lagi ia menatap kelimanya. Perasaan hangat menyeruak, memenuhi hatinya. Sulli yakin, ia dapat membayangkan anak didalam perutnya ikut berdiri dan bermain diantara kelima anak- anak ini di masa depan.
“Kalian sudah sebesar ini” Sulli hampir tersedak mengucapkannya, ia yakin akan menangis kalau saja Taemin tidak merengkuh pundaknya dengan lembut.
“Bibi bertemu waktu kalian baru saja lahir. Dan sekarang tahu-tahu kalian sudah sebesar ini” ucap Sulli dengan rasa sayang yang tidak bisa ditutupi. Ia tidak jadi menangis, sebagai gantinya ia tersenyum haru. Karena lebih dari apapun didunia ini-meski kenyataannya mereka sangat jarang bertemu, Sulli dan Taemin menyayangi kelima anak ini seperti anak sendiri. Dan tanpa diucapkan ia yakin keempat oppa dan unnie-nya merasakan hal yang sama satu sama lain. Tanpa perlu hubungan darah, mereka bersepuluh adalah keluarga.
“Dan biar bibi tebak, hei kalian yang sibuk bertukar kelereng, Hansung dan Lukas” Sulli mengelus bergantian kedua laki-laki kecil bermata sipit dengan kontur wajah berbeda. Hansung dengan wajah sipit dan pipinya terlihat begitu menggemaskan. Ia lebih terlihat berumur dua tahun daripada empat tahun. Sedangkan Lukas dengan mata sipit yang berbeda dengan Hansung, bukan mata sipit yang cute, tapi jenis mata sipit tajam-dengan ujung mata runcing yang membuat orang lain takut sekaligus terpesona padanya.
Lukas dan Hansung melihat Sulli dengan pandangan ingin tahu. Tapi mereka berdua tampaknya terlalu pemalu untuk menanyakannya. Sulli beralih pada kedua gadis diantara Seungpyo dan tersenyum menatap mereka, kemudian mengelus lembut pipi gadis kecil berambut coklat gelap yang sedang menatapnya bingung. Bahkan dengan wajah bingung seperti itu gadis kecil ini tampak begitu cantik. “Eunsung, adik kembar Hansung” ucap Sulli kalem sambil tersenyum, kemudian beralih menatap Taemin. “Oppa, lihat, diusianya yang baru empat tahun, ia sudah terlihat seanggun ibunya” ungkap Sulli antusias, Taemin mengangguk setuju, kemudian ikut menatap Eunsung.
“Maaf bibi, Eunsung lupa pernah bertemu dengan bibi” ungkap Eunsung polos. “Tidak apa-apa Eunsung sayang, karena waktu itu kalian memang baru saja lahir, dan setelahnya bibi belum sempat mengunjungi kalian lagi”
“Mommy always telling about her BEST FOUR unnie, and auntie is one of them” celetuk gadis berambut hitam dengan kuncir kecil tepat diatas kepalanya. Benar-benar mengingatkan Sulli akan Krystal.
“Hey, beautiful Alice, did u have meet those three?” tanya Sulli, sebagai jawaban Alice mengangguk.
“And according to u they’re…”
“The best!” jawabnya cepat.
“And auntie too! just like mom always tell” jawabnya sambil mengacungkan jempol. Sulli mengangguk puas, mengelus lembut rambut Alice. “Good” jawab Sulli sambil tersenyum.
“Aku bersyukur tidak satupun dari sifatnya mirip Minho hyung” bisik Taemin yang membuat Sulli cekikikan.
“Nah anak-anak, jadi dimana para orang tua sampai kalian yang harus repot-repot menjemput kami?” tanya Taemin. Dengan satu anggukan Seungpyo, kelima anak-anak ini mulai membantu Taemin dan Sulli. Hansung dan Lukas membawa kopor kecil yang berisi obat-obatan yang tidak terlalu banyak, Seungpyo ada dalam gandengan Taemin sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Taemin seputar kabar Ayah-Ibunya. Eunsung dan Alice sudah berpindah tangan dari Seungpyo, mereka ganti menggandeng bibinya sekarang.
“Semuanya ada di cafetaria sana Paman” ucap Seungpyo sambil menunjuk cafe bandara yang tak jauh dari tempat mereka berjalan. Taemin mengangguk sambil tersenyum. Akhirnya, setelah sekian lama, mereka bersepuluh bisa bertemu sekarang.
***
“Kyaaaaaaa!!!” Kelima wanita-atau bisa disebut juga ibu muda-itu berteriak histeris bak cheerleader SMA yang melihat team mereka menang. Krystal, Sulli, Luna, Amber dan Victoria saling berpelukan erat, membentuk lingkaran kecil penuh, sepenuh rasa bahagia yang mereka rasakan. Disisi lain, ada juga rasa bahagia, meski tidak membentuk lingkaran tentunya. Kelima bapak bapak muda itu cukup saling menepuk bahu untuk melampiaskan rasa rindu mereka.
“SHINee is back” desis Minho dan keempat lainnya pun tertawa.
“Hua Jinri, perutmu, omo. Sebaiknya kita cepat kembali ke vila” ajak Luna, dan mereka bersepuluh berlalu dari bandara tersebut.
“Kreatif juga hyung, aku dan Sulli sampai bingung melihat anak-anak kalian yang menjemput kami”
“Itu ide Jonghyun” celetuk Key. “Awalnya kami berempat khawatir, tapi, ya begitulah, dia berhasil meyakinkan kita semua”
***
“Hmm… hmmm.. lalu apa lagi?” Sulli duduk manis dimeja makan sambil mencatat sementara Victoria, Luna dan Krystal sibuk berkutat di dapur, menyiapkan bahan makanan untuk pesta barbeque nanti. Sepuluh menit yang lalu Amber dan kelima anak kecil sudah menghilang untuk membeli saus dan camilan di super market terdekat. Sebenarnya Sulli ingin membantu, tapi ditolak dengan tegas oleh semuanya. Alhasil ia duduk sambil mencatat hal-hal yang ingin ia tanyakan kepada unnie-nya berikut jawabannya.
“Variasi juga perlu Ssul, itu lebih baik dan sehat daripada bubur instan” jawab Victoria saat Sulli bertanya perihal bubur bayi.
“Misalnya?” tanya Sulli.
“Dulu aku memberi Seungpyo pisang yang dihaluskan waktu ia baru makan bubur” jawab Luna. “Alice suka sekali apel berpasir, kau coba saja nanti”
“Atau campurkan keduanya, dengan begitu gizinya semakin tinggi” usul Victoria.
“Great.” senyum Sulli sambil terus mencatat.
“Kau sudah bisa mengganti popok, memandikan dan sebagainya? Kalau belum biar Minho oppa yang mengajarimu, ia ahli dalam hal itu” ucap Krystal bangga sambil memotong-motong daging sapi.
Luna yang sedang mencuci sayuran tak mau kalah. “Jonghyun juga bisa menakar susu dan membuat bubur dengan baik, ia yang melakukannya waktu Seungpyo belum bisa makan nasi”
“Enaknya, Jinki hanya bisa menggoreng ayam,” celetuk Victoria yang sedang menggoreng ikan, membuat mereka tertawa.
“Tentu saja aku bercanda” lanjut Victoria setelah tawanya reda.
“Jinki sanggup menyuapi dan membacakan cerita dalam waktu yang sama, dan jangan ragukan kemampuan melawaknya didepan Eunsung dan Hansung”
“Oh tentu saja, bayi kembar! Jinki oppa yang terhebat” decak Krystal. “Tapi omong-omong Ssul, kalian lambat sekali”
“Aku dan Taemin oppa maksudmu?”
“Siapa lagi” Luna memutar bola matanya.
“Alice sudah berusia tiga tahun, dan kau baru hamil? ckckck” ungkap Krystal dengan keheranan yang tidak bisa ditutupi.
“Apa Taemin sepayah itu? maksudku-” Luna memelankan suaranya dan tak bisa berkata lanjut saat melihat Sulli melotot.
“Apa yang unnie maksud? tentu saja tidak! Tidak ada yang payah dari Taemin oppa, termasuk di tempat tidur!” teriak Sulli gemas.
“Sungguh? apa ia sanggup bertahan sampai pagi?” desis Krystal, membuat Sulli meradang. Victoria yang sedari tadi hanya diam mendengarkan sambil menggoreng berteriak gemas. “Demi Tuhan! bisakah kita mengganti topik pembicarannya?!”
Dan mereka berempat pun kembali tertawa.
-Sementara itu di halaman belakang-
“Selesai!” teriak Jonghyun setelah ia sibuk berkutat merakit panggangan untuk barbeque. Kemudian ia rebahan diatas rumput, tak jauh dari tikar yang digelar Onew. “Vila ini letaknya begitu presisi dengan alam, aku harus membeli satu juga disekitar sini” kata Key.
“Tak perlu beli, kau bisa pinjam kapanpun kau mau, nanti kuberi kunci duplikatnya” tanggap Jonghyun, membuat Minho berdecak. “Sejak menikah kau jadi baik hati hyung”
“What was that mean?” desis Jonghyun sebal. “Lagipula ini hadiah pernikahanku untuk Luna, jadi ia pasti senang bisa berbagi dengan kalian”
“Woo benarkah? kenapa kau tidak bercerita pada kami?” tanya Taemin yang disambut anggukan Onew dan lainnya. “Ya! untuk apa?! yang berhubungan dengan pernikahan cukup aku dan Luna yang tahu”
“Huu… norak!” ledek Key.
“Sombong” ledek Onew sambil melempar tulang paha ayam yang baru selesai disikatnya.
“Aish hyung, jorok!”
“Ngomong-ngomong Taemin, bagaimana perasaanmu?” tanya Minho.
“You a father now, kiddo” goda Key. Taemin hanya nyengir kuda.
“Are you nervous?” tanya Minho lagi.
“Like hell,” tambah Taemin cepat sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, frustasi. “Setiap malam aku khawatir pada Sulli, juga pada anakku, aku sama sekali tidak mau ambil resiko atas keduanya hyung”
“Aku tahu. Kami semua pernah sepertimu Taemin. Kau harus tegar, karena kau yang akan memimpin mereka nantinya. Jadi, yah, dalam situasi apapun kau haruslah yang paling kuat” ungkap Onew.
“Termasuk dalam situasi panas” celetuk Jonghyun.
“Panas yang mana?” tanya key.
“Tentu saja panas yang itu” jawab Minho.
“Oh, aku kenal betul situasi panas yang itu” ungkap Onew. Dan merekapun saling berpandangan dalam berbagai posisi. Onew yang sedang tengkurap sambil mengunyah ayam, Jonghyun yang rebahan di rumput, Taemin dan Minho yang duduk sambil memegang gitar, dan Key yang berdiri karena memasang tatakan pada panggangan. Dan berikutnya meledaklah tawa mereka berlima.
“Hahaha, sebenarnya kemana arah pembicaraan ini?” kata Taemin.
“Qian pasti membunuhku kalau ia tahu aku bicara seperti ini dengan kalian” ungkap Onew.
“Sudah cukup-cukup, lihat. Mereka datang” bisik Jonghyun saat melihat istri-istri mereka datang dari arah pintu belakang. Dan SHINee boys langsung pura-pura sibuk dengan sesuatu. Tak lama kemudian Amber dan lima anak kecil datang.
***
“Did I miss something?” tanya Amber sambil mengambil duduk disebelah Luna, diatas tikar sambil menaruh beberapa kantong belanjaan.
Krystal yang sedang menuangkan jus jeruk untuk Alice dan Eunsung memutar bola matanya. “You miss everything unnie, tadi di dapur Sulli bercerita tentang kehebatan Taemin di tempat tidur” ujarnya lantang.
Taemin yang sedang menenggak coke langsung tersedak.
“Benarkah?” tanya Amber.
“Aish Jungieee” Victoria menutup telinga Alice dan Eunsung.
“Bukaaaan, tidak seperti itu oppa, sungguh!! jangan percaya Soojung” Sulli menggeleng cepat, yang dibalas senyum kecil Taemin.
“Tidak apa-apa sayang” Taemin menjawab lantang sambil melirik hyung-hyungnya yang tampak berusaha keras untuk tidak menertawakannya. “Lagipula mereka tertarik dengan ceritamu akan kehebatanku, itu tandanya suami mereka tidak ada apa-apanya” lanjutnya kalem.
“WHAAAAT?! Apa katamu?!” protes Jonghyun, Onew, Minho dan Key serempak. Sementara para perempuan hanya terkikik, tidak menanggapi lebih lanjut ego suami mereka sebagai laki-laki. Victoria, Luna, Amber, Krystal dan Sulli lebih memilih sibuk menyuapi kelima anak kecil dengan sup jagung spesial buatan Krystal. Sementara pertengkaran kecil didekat panggangan sana terus berlanjut dengan saling membanggakan diri.
***
“Mana anak-anak?” Jonghyun berhenti sejenak memetik gitar, ia hanya melihat para Amber dan Luna, selain SHINee boys yang ada disini.
“didalam, sedang makan kue, mereka semua mau tidur asal diberi cupcake buatan Vic unnie, sudah jam 8 malam sih” jawab Luna.
“Oh benar, ini waktu orang dewasa” ujar Jonghyun, membuat Luna mengulum senyum. Jika dirumah, Jonghyun selalu membujuk Seungpyo yang rewel tidur dengan ‘waktu orang dewasa’, sesuatu yang ia definisikan sebagai; ‘diatas jam 8 malam’, dan dengan alasan sesederhana itu, Seungpyo yang sadar betul bahwa ia bukanlah orang dewasa segera menurut dan pergi tidur.
Tapi sepertinya malam ini pengecualian, karena baru saja Jonghyun akan menyerang leher istrinya dengan kecupan-kecupan basah, suara lantang anaknya-dan anak-anak lain-terdengar melintasi halaman depan. Jonghyun menghela nafas sabar, sebelum membuka kedua tangannya lebar-lebar pada Seungpyo yang sedang berlari kearahnya.
“Ayaaaaaaaah” dan bruk!!!. Badan mungilnya jatuh kepelukan sang Ayah.
“Hei! Anak tertampan didunia! kenapa belum tidur?” Jonghyun mengacak rambut Seungpyo gemas.
“Ini kan liburan Ayah, lagipula tadi aku dan lainnya tidak bisa tidur” protesnya.
“Baiklah, kau diberi waktu tambahan 30menit dari waktu orang dewasa, boy”
“Terimakasih, aku sayang Ayah” ucap Seungpyo yang langsung mendapat pout dari Luna. “Dan Ibu!” sambungnya cepat cepat sambil memeluk ibunya.
“Nah, sekarang berbaringlah disini, Ayah akan menyanyikan lagu untukmu” Luna menepuk bantal yang baru saja dibagikan oleh Victoria dan Krystal karena perubahan jadwal tidur lima anak kecil yang tadinya indoor menjadi outdoor(?)
Seungpyo segera menurut. Baginya, Ayah dan gitar adalah kombinasi yang menyenangkan.
—
“Put your hands up! good,” Amber tersenyum sambil mengoleskan lotion anti nyamuk pada kedua tangan Lukas yang terangkat, sementara Key sibuk mengedarkan pandangan keselilingnya. Matanya berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain. Mereka menggelar tikar yang cukup besar untuk ditempati lima belas orang sehingga mereka bisa bebas duduk dimana saja. Diujung pojok sana ada Taemin-Sulli, agak ketengah ada keluarga kecil Jonghyun, tepat ditengah ditempati keluarga Jinki dan Minho sekaligus, barulah tempatnya duduk sekarang. Sesaat pikirannya melayang pada masa lalu, sebelum kemudian Lukas, replikanya versi kecil, menepuk pundaknya dengan cukup keras.
“Daedeee sing me a song! like uncle Jonghyun did” rajuknya. Key dan Amber hanya saling pandang.
“Luke, I can tell you a story about-” ucapan Amber terpotong karena Lukas segera protes.
“I’ve bored with those story about happy ending mommy, please” protesnya sambil memeluk Amber. Amber menghela nafas, baru saja ia akan meng-iyakan rajukan Lukas, namun sepertinya suaminya punya rencana lain.
“Your pajamas, it is new one? never see it before” tanya Key.
“Yes. its same with Hansung’s and Seungpyo’s, mommy buy it for us because we all help mom to carry those fruits and vegetables” celoteh Lukas, membuat Amber dan Key diam-diam tersenyum. Yup, salah satu jurus menghindari permintaan Lukas adalah dengan mengalihkannya pada topik lain. Seperempat jam kemudian dihabiskan oleh Lukas dengan cerita tentang apa saja yang dijumpainya di supermarket, dan permainan-permainan baru yang baru ia pelajari dari teman teman baru pula. Lukas tampak ceria dan cocok dengan teman-teman barunya, meski mereka baru berkenalan kemarin. Padahal Amber tahu betul anaknya ini cukup sulit beradaptasi dengan teman dan lingkungan baru. Tapi mungkin karena disini adalah Korea-tempat ia dan Key bertemu-jadi bukan mustahil Lukas suka dan cocok disini, karena dulu ia yang baru saja pindah juga merasa begitu.
“Tapi Luke, kenapa memilih warna biru untuk piyama-mu? kenapa tidak hitam seperti Seungpyo, atau mungkin pink? i think pink is more suits you”
“Pink?” ulang Amber skeptis.
“Ya. Pink. Kenapa?” tantang Key.
Ini dia, Amber selalu sensitif ketika ia menyebut warna itu didepan Lukas. Apa yang salah sih dengan warna pink?
“Ya Tuhan. Dengar Kim Kibum, cukup kau saja laki-laki dalam hidupku yang menyukai warna pink, tidak perlu ditambah orang lain, apalagi Lukas-lah orangnya”
“Memang apa yang salah dengan warna pink?” sinis Key. Meneriakkan apa yang ada dibenaknya. Rasanya sudah ribuan kali ia dan istrinya itu memperdebatkan ‘pink’.
“Apa perlu aku ingatkan anak kita laki-laki? Jelas warna pink tidak benar untuknya dong”
Key memutar bola matanya, sarkastik. “Dan apa perlu kuingatkan bahwa Kim Kibum itu laki-laki? laki-laki yang suka warna pink, dan KAU MENIKAHINYA”
Lukas bertopang dagu. Memandang Ibu dan Ayahnya berdebat dengan wajah bosan yang justru membuatnya terlihat menggemaskan. Mereka mulai lagi…. batinnya. Sejak ia lahir sampai sekarang Ayah dan Ibunya tak pernah sekalipun berdamai dengan ‘pink’. Jadi ia sudah cukup kebal melihat orang tuanya berdebat, bukannya menangis atau apa. Ya, kebal, DAN bosan. Jadi ia mengambil inisiatif untuk pergi… agar orang tuanya lebih leluasa berdebat, dan lagipula pamannya Jonghyun pasti tidak akan keberatan kalau ia minta dinyanyikan satu dua lagu pengantar tidur…
Lukas mengambil bantal tidurnya, dan mulai mengendap meninggalkan Ayah Ibunya yang masih asyik beradu argumen…
“Tapi aku akan berusaha menjauhkan Lukas dan pink, hingga mereka tidak bisa ditemukan dalam satu kalimat”
“C’mon pumpkin, ada apa denganmu? jika kenyataannya Lukas suka dengan warna pink kau bisa apa? ya kan sayang? lho, Lukas, kemana dia?” Key dan Amber melihat sekeliling, kemudian menemukan buah hati mereka sudah berbaring, berbantalkan paha Luna untuk ikut mendengar nyanyian Jonghyun. Tampaknya Lukas lebih suka ada disana daripada mendengarkan perdebatan mereka, dan itu SUDAH jelas. Amber dan Key, saling pandang, tanpa bicara mereka menyudahi perdebatan itu. Mereka berdiri dan berjalan ke arah Jonghyun untuk ikut duduk dan bergabung. Well, debat kusirnya memang penting, tapi itu bisa menunggu, sementara Lukas TIDAK. Lukas adalah segalanya bagi mereka.
—
“Dan tebak unnie? apa yang kutemukan dimesin cuci? SAPU TANGANNYA, dan ada bekas bibir disana dengan lipstik MERAH menyala, padahal aku tidak punya lipstik merah!!” ungkap Krystal kesal. Minho hanya memutar bola matanya sementara Onew terkikik geli. “Untuk apa sih kau cerita yang itu, salah paham saja kau ceritakan” keluh Minho.
“Lalu apa yang kau lakukan?” tanya Vic antusias tanpa memperdulikan ekspresi pada wajah Minho.
“Dia menyuruhku mencuci bajuku sendiri selama dua minggu noona, hanya karena tidak mau melihat bekas lipstik apapun pada bajuku. Baju kerja, piyama tidur, baju rumahan bahkan underwear, kucuci sendiri, yang benar saja, itu kan hanya salah paham” jawab Minho, dan meledaklah tawa Onew.
Minho hanya bisa melotot. Dan tiba-tiba, Alice yang sedang menyusun puzzle bersama Eunsung dan Hansung ikut bicara. “Jika sedang marah, Mommy akan memanggil Daddy dengan peacface”
“peacface?” kali ini Onew yang bertanya.
“singkatan dari peacockface, uncle”
“Merak?” tanya Victoria tidak mengerti.
“Iya, mom bilang dad adalah merak, pesolek dengan badan besar, sementara kepalanya kecil” jelas Alice polos, Onew segera tergelak, sementara Victoria bengong dibuatnya.
“Dengar putri, mulai sekarang kata ‘pesolek’ dilarang diucapkan, do u understand?”
“Iya dad,” jawab Alice sambil lalu.
“Kata itu seharusnya tidak diucapkan anak berusia tiga tahun” Minho menatap istrinya.
“Itu karena Alice cerdas, mengucapkan kata diluar yang seharusnya pada usianya” bela Krystal.
“Sudah-sudah kalian, lihat tuh, sebaiknya kita ikut bergabung dengan mereka” lerai Victoria seraya menunjuk anak-anak mereka yang berjalan kearah Jonghyun, tampak tertarik karena kedua temannya ada disana.
—
(Kembali ke tokoh utama kita)
“Kurang lebih 10hari lagi, jadi besok kita sudah harus pulang lebih dulu” Taemin yang baru saja selesai menelepon dokter kandungan Sulli menghela nafas. Istrinya jelas tidak mau pulang besok, padahal banyak persiapan yang harus mereka lakukan sebelum hari H.
“Sayang?” Taemin heran Sulli yang bergelung pada pelukannya tidak memberikan reaksi.
“Aku iri dengan unnie-deul” ucap Sulli sambil menyandarkan kepalanya tepat dibawah lekukan leher dan pundak suaminya. Taemin tersenyum. “Kurang dari 10 hari sayang, dan kita akan memiliki keluarga kecil seperti mereka” hiburnya.
“Oppa benar” Sulli tertawa kecil dengan perasaan senang yang amat sangat. “Kurasa aku sudah siap, unnie dan oppa memberi banyak tips tanpa perlu kucatat, kita cukup melihat mereka, ya kan oppa?”
“Setuju sayang, dan sudah cukup belajarnya, sekarang ayo kita bergabung dengan mereka”
—
“Oh my sleeping child, the world so wild, but u build your own… paradise, thats one reason why, I cover u sleeping child…” Duet Onew dan Jonghyun tampaknya begitu merdu sebagai lagu pengantar tidur, sehingga Seungpyo, Lukas, Hansung, Eunsung dan Alice yang tidur berjajar lebih memilih diam dan mendengarkan hingga klimaks lagu mengantarkan mereka pada mimpi indah.
“Pelan-pelan,” tegur Luna, saat SHINee boys membawa anak-anak mereka masuk kedalam rumah, karena hawa diluar sudah semakin dingin. Setelah inipun mereka semua berencana untuk tidur. Rencana mereka untuk pesta tanpa anak-anak kecil-pun batal. Angin yang bertiup diluar terlalu kencang dan dingin, tidak bisa diajak kompromi untuk membuat api unggun kecil, jika mereka tetap nekat, yang ada vila Jonghyun Luna akan terbakar…
Jadi setelah memastikan anak-anak kecil tidur dengan nyenyak- anak-anak kecil tidur bersama dalam satu ruangan-, mereka menuju kamar masing-masing.
—
Jeju Island, 05.00 KST.
“Mau kemana sayang?” tanya Onew, suaranya serak, ia bertanya karena jam diatas nakas masih menunjukkan pukul lima pagi.
“kekamar kecil” jawab Victoria singkat, masih sibuk mencari kaus dan rok-nya yang tadi malam dilemparkan suaminya entah-kemana. Onew bangun dan membuka almari, meraih boxer baru, kausnya dilantai, dan memakainya asal-asalan. Victoria yang juga sudah memakai kaus dan rok-nya, berjalan mengikuti suami keluar kamar tanpa menyalakan lampu. Onew merengkuh pundak istrinya sambil menyusuri koridor yang menuju dapur, dan Victoria tersenyum malu. Tanpa bertanya Onew tahu kenapa. Sebenarnya ia cukup enggan untuk bangun dari tempat tidur, mengingat olahraga-menyenangkan-yang-menguras-banyak-tenaga yang ia lakukan dengan Victoria tadi malam. Tapi ia tahu betul jika istrinya begitu penakut untuk pergi ke kamar mandi sendirian-meski sudah hampir menjelang pagi. Jadi bukan tidak mungkin istrinya itu akan berteriak dan membangunkan seisi vila hanya karena melihat bayangan ranting pohon. Dan untuk mencegah itulah, Onew menemaninya. Lagipula suami mana yang tega melihat istrinya ketakutan?
—
“Mmm?” Victoria dan Onew saling pandang, mereka sudah selesai dengan urusan kamar mandi, dan dahi mereka berkerut samar mendengar rintihan-rintihan dari arah kamar utama yang baru saja mereka lewati.
“Jinki, suara apa itu?” suara Victoria mengandung ketakutan, Onew segera mengeratkan rengkuhannya, dan setelah sedikit menajamkan pendengaran, ia baru tahu arti dari apa yang ia dengar. Merasa konyol karena sempat tegang, Onew cepat-cepat mengajak Victoria kembali berjalan sambil berkata; “Tadi siang, Jonghyun bilang Seungpyo sangat menginginkan adik perempuan, mungkin itu yang dilakukannya sekarang, berusaha memenuhi permintaan anaknya”
“Uhh-oh” hanya itu tanggapan yang keluar dari mulut istrinya, terlalu malu meng-iyakan pemandangan yang HAMPIR mereka lihat.
Onew dan Victoria baru saja membuka pintu kamar mereka saat bunyi nyaring yang cukup memekakkan telinga terdengar terus berulang dan menggema diseluruh vila. Wajah Victoria dan Onew memucat seketika. Bunyi itu mereka kenal sebagai bunyi alarm-tanda-bahaya.
—
Minho sampai melompat dari tempat tidurnya ketika bunyi itu pertama kali terdengar. Buru-buru ia menengok ke samping, tempat istrinya tidur, bermaksud membangunkan-namun ternyata Krystal sudah terjaga. Wajah Krystal tak kalah pucatnya sebelum berteriak panik “DEMI TUHAN, ANAKKU, ALICE, ALICE!!!” sambil tergopoh-gopoh berlari keluar kamar.
—
Jonghyun, Luna-yang terdesak dan memakai baju seadanya-bertemu Key dan Amber yang baru saja keluar dari kamar sebelah. Amber dan Key bahkan belum sempat memakai sendal tidur. Mereka hanya sempat saling melempar pandangan sebelum berlari kearah kamar tempat anak-anak tidur secepat kaki mereka bisa. Kamar ujung yang hanya berjarak tiga ruangan dari tempat mereka tidur terasa bukan main jauhnya karena kepanikan yang melanda. Vila ini dilengkapi dengan pemancar air disetiap ruangan yang dapat mengatasi kebakaran jika detektornya mendeteksi asap berlebihan. Tapi Jonghyun tidak melihat pemancar airnya bekerja, jadi ini bukan kebakaran. Tapi justru itulah yang paling ditakutkannya.
Hingga akhirnya mereka semua sampai didepan pintu kamar yang dimaksud, mereka malah mendapati Taemin-tanpa Sulli-menghadang mereka dengan wajah-seperti-habis dipaksa menelan 1kilogram paku.
“Ma-maafkan aku! ini salahku! aku yang menekan alarm itu dengan sengaja! tidak terpikirkan olehku cara lain untuk memanggil kalian dengan cepat, kamar kalian terlalu jauh, menghubungi kalian besar kemungkinan tidak diangkat, karena kamar anak-anak dekat denganku jadi kupikir, kupikir ini pasti tempat pertama yang kalian tuju seandainya suatu bahaya terjadi-” Taemin mengatakannya dalam satu tarikan nafas tanpa jeda. Ia terlihat panik luar biasa. Minho yang paling pertama menyadari ketidak stabilan emosi Taemin segera memotong ucapannya. “Persetan dengan alarm itu Taemin, jika tidak ada bahaya, apa tujuanmu membunyikan alarm-nya bodoh??! Tidak taukah kau bagaimana paniknya kami semua?!”
Wajah Taemin seperti dihantam palu super besar, tangannya gemetar sambil menunjuk kamarnya, dengan suara tercekik ia berucap “Su-Sulli hyung… air ketubanya sudah pecah, bantu aku membawanya kerumah sakit sekarang juga”
Sebagian menghembuskan nafas lega sementara Jonghyun mendesis sarkastik. “Oh Idiot!”
Semuanya langsung menghambur ke kamar Sulli. Krystal, Luna, Victoria dan Amber kembali memucat melihat keadaan magnae mereka. Tanpa ba-bi-bu Onew segera membagi tugas.
“Minho, tolong nyalakan mesin mobil, panaskan sesempatnya. Key, Taemin, carilah rumah sakit 24 jam disekitar sini, berangkatlah sekarang dan lekas hubungi kami, Jonghyun ayo kau bantu aku membawa Sulli kedalam mobil” dengan satu anggukan mereka melakukan apa yang dikatakan Onew. Taemin sebenarnya ingin selalu mendampingi Sulli. Tapi mengingat betapa cerobohnya ia saat panik tadi, ia percaya Onew-lah yang paling tahu apa yang harus mereka lakukan sekarang.
Krystal dan Victoria berlari keluar, mengikuti Onew dan Jonghyun yang menggendong Sulli untuk masuk kedalam mobil, sementara Luna dan Amber tetap tinggal di kamar anak kecil untuk menenangkan anak-anak yang terbangun akibat fake alarm dari Taemin tadi.
“Jinki,” Victoria memanggil suaminya, sesaat sesudah Onew menutup pintu mobil. Onew buru-buru menurunkan jendela mobil, kemudian tersenyum lembut untuk mengatasi raut khawatir pada wajah cantik istrinya.
“Tenang sayang. We’ll be alright, kau tenanglah disini, jika anak-anak sudah waktunya untuk bangun baru pergilah menengok, dan tolong bawakan baju ganti untuk kami semua” ucap Onew.
“Tidakkah kalian membutuhkan keberadaan-setidaknya-satu perempuan disana? untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu?” Krystal bertanya dengan panik, ia dan ketiga lainnya cukup ketakutan melihat keadaan Sulli tadi.
“Sudahlah Krys” sahut Minho dari balik kemudi. “Jangan meremehkan kami, kami-para suami-tahu apa yang harus kami lakukan”
Krystal meremas-remas buku jarinya sambil mengangguk cemas. “Baik, oppa berhati-hatilah” ucapnya. Dan dengan satu hentakan halus, mobil itu berjalan keluar Vila Jonghyun, membelah pekatnya kabut menjelang pagi, menuju Rumah sakit yang sudah Taemin dan Key tentukan.
—
“Holly duck, bisa tidak kau duduk dan menunggu dengan tenang?” cela Jonghyun. Taemin berhenti sebentar dari kegiatan mondar-mandirnya, memandang Jonghyun sambil mengernyit, kemudian seolah tidak terjadi hal penting ia mengulangi kegiatannya.
“Semua Ayah memang panik saat kelahiran anak pertama mereka. Tapi aku tidak separah kau” sinis Key. Membuat Minho tergelak kecil. “Amber-lah yang parah, aku ingat bagaimana dia menjambak rambutmu saat proses bersalin, menarik dan patut diabadikan” kenangnya yang membuat lainnya tersenyum. Mereka memang selalu hadir satu sama lain saat hari kelahiran tiba.
Key memutar bola matanya. “Ayolah, seperti Krystal tidak menggigit lenganmu saja saat Alice lahir” timpalnya, dan mereka semua-pun tertawa. Ya, semua, kecuali yang mondar-mandir itu. Seperti ada di alam lain yang kasat mata. Candaan Key dan Minho yang sedikit mencairkan suasana tegang seolah tidak didengar olehnya. Atau memang benar-benar tidak terdengar?
“Taemin, kalau kau memang khawatir, kenapa kau tidak masuk saja? Siapa tahu Sulli butuh rambutmu untuk dijambak, atau lenganmu untuk digigitnya” saran Jonghyun yang gerah melihat Taemin. Seperti ada yang mengejutkannya, Taemin berhenti mendadak mendengar perkataan Jonghyun.
“Dengar hyung, mungkin aku memang terlihat konyol bagi kalian, tapi asal kalian tahu, aku tidak peduli”
Jonghyun mengernyit, sarannya memancing amarah sang magnae rupanya. Belum sempat ia menenangkan, Taemin sudah kembali meluapkan amarahnya, meraung dengan penuh emosi.
“Istriku ada didalam sana, berjuang antara hidup dan mati, dan kalian menyuruhku duduk manis, menunggu dengan tenang??” Taemin menoleh cepat kearah ruang bersalin Sulli karena mendengar rintihan istrinya. Taemin menggeleng pelan sambil menutup matanya rapat-rapat, seolah mendengar suara itu begitu menyakitkan untuknya. Dan ia merasa tidak sanggup mendengarnya lagi. Ia ingin menemani Sulli dalam perjuangannnya melahirkan anak mereka. Tapi ia tidak bisa. Melihat Sulli kesakitan seperti itu, ia tidak tega.
“Bagaimana jika aku duduk tenang, sesuatu terjadi pada mereka berdua? Bagaimana jika anakku tidak lahir sempurna hyung? bagaimana jika dalam perjuangannya, Sulli menyerah dan salah satu dari mereka harus pergi? APA DENGAN AKU DUDUK TENANG, KESELAMATAN MEREKA BISA TERJAMIN?” raung Taemin. Onew, Jonghyun, Minho dan Key sampai terbengong-bengong dibuatnya.
“Ok. Kau benar-benar berlebihan kali ini” kata Key. Onew yang sedari tadi diam sampai angkat bicara. “Kami berempat pernah mengalami hal seperti ini Taemin. Jadi kami lebih tahu daripada kau, kami juga ingat betapa khawatirnya kami pada masa-masa itu” Taemin mendesah sebelum memotong;
“Harusnya aku tidak membiarkan Sulli hamil, harusnya aku pakai pengaman saja setiap kami melakukan itu, harusnya-”
“Harusnya kau tidak usah menikahinya sekalian” tandas Minho. Taemin segera melotot pada hyungnya itu sambil bertanya apa-maksudmu-bicara-begitu lewat matanya.
“Minho benar” ucap Jonghyun. “Kau egois, bisa-bisanya kau bilang begitu, itu kan hanya keinginanmu sendiri, kau pikir Sulli tidak mau punya anak?”
Taemin tersentak. Jonghyun benar. Sulli pernah bilang ia begitu iri melihat para hyungnya yang sudah memiliki buah hati. Dan rasa-rasanya baru tadi malam ia menjanjikan keluarga kecil yang bahagia pada Sulli. Dan lihat sekarang? betapa cepat pikiran dan janjinya itu berubah, betapa pengecutnya ia…
Seakan menyadari bahwa ia cukup bersalah karena pannick attack yang menguasainya, Taemin berjalan perlahan kearah bangku. Para hyungnya sedikit menyingkir untuk memberinya ruang duduk. “Maafkan aku hyung” ujarnya pelan sambil menunduk. “Tadi malam saat kita berkumpul, melihat keluarga kecil kalian aku merasa begitu siap menjadi seorang ayah, aku bertekad menjadi ayah paling hebat bagi Sulli dan anakku nanti. Awalnya kupikir begitu, sampai saat aku terbangun tadi malam karena jeritan Sulli dan melihat air ketubahnya membasahi tempat tidur, waktu itu rasanya kesiapanku menguap entah kemana, dan kepanikan datang menyerangku”
“Asal kau tahu Taemin, pecahnya air ketuba tidak menjadi hal berbahaya selama kita tidak terlambat mengatasinya, dan kita.tidak.terlambat” tekan Onew.
“Ya hyung, aku tahu, aku sudah pernah membacanya. Tapi saat melihat dengan mata kepalaku sendiri, aku merasa panik, aku cukup ngeri melihatnya, aku, aku-”
“Hei. Calm down” tegur Jonghyun. “Kau boleh panik, semua Ayah boleh panik saat anak mereka akan lahir. Tapi lupakah kau pada saran kami?”
Taemin terdiam mengingatnya. “Bahwa kita harus menjadi yang paling kuat dalam situasi apapun?”
“Nah tuh kau ingat” ledek Key.
“Kalau dalam hal ini saja kau sudah lemah dan menyerah, mau jadi apa keluargamu nanti? Bagaimana jika kedepannya ada masalah yang keluargamu hadapi? Apa kau sanggup mengatasinya kalau dalam hal begini saja kau malah sibuk menyalahkan diri sendiri, bukannya mencari solusi? Predikat Ayah yang baik lebih sulit didapat daripada menjadi CEO perusahaan internasional tahu.”
Taemin mengangguk patuh mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut Jonghyun. Hyungnya benar. Ia harusnya mendengarkan nasehat itu baik-baik sejak awal. Harus jadi yang terkuat dalam situasi apapun, itulah kepala keluarga.
Bukannya menyalahkan diri sendiri, tapi mencari solusi. Ya. Solusi.
Solusi mengatasi ketakutannya itu. Taemin berpikir keras, mencari sumber keberanian yang dapat mengatasi ketakutannnya.
Keberanian… keberanian… dimana ia bisa mendapat keberanian?. Dan… -ini cukup mengejutkan karena sebelumnya kedua hal ini tidak pernah bekerja sama- otak dan hati Taemin bersamaan meyebutkan nama seseorang, nama istrinya. Choi Sulli-gadis cantik yang beberapa tahun lalu membuatnya bertekuk lutut. Gadis yang kemudian dikejar-kejarnya atas nama cinta. Gadis polos baik hati yang membuatnya rela melakukan apapun agar gadis itu tidak teluka. Dan gadis yang rela memberikan segala cinta, jiwa, dan raga yang ia punya dalam sebuah ikatan suci perkawinan.
Taemin tersentak.
Ya… Sulli-lah sumber keberaniannya, sumber segala kebaikan dalam hidupnya. Dan sekarang gadis itu sedang meregang nyawa demi melahirkan buah hati mereka kedunia. Oh bodohnya! harusnya ia mengesampingkan semua ketakutannya dan menemani perjuangan istrinya melahirkan!
Secepat palu kesadaran datang memukul kepalanya, secepat itulah Taemin bangkit dan masuk menerjang pintu ruang bersalin dihadapannya.
Tak ada yang menyadari ketika ia masuk, para dokter dan suster tampak berkonsentrasi pada tugas masing-masing. Taemin segera mengambil posisi disamping tempat tidur Sulli dan menggenggam erat tangan istrinya yang tampak kelelahan.
“Oppa… aku takut, aku sudah berusaha sekuat tenaga, tapi bayinya tak mau keluar” Sulli menggumam penuh ketakutan. Peluh membanjirinya dan tampak jejak air mata pada wajah cantiknya. Hati Taemin mencelos mendengarnya. Harusnya ia menemani Sulli sejak tadi. Digenggamnya tangan Sulli begitu erat, berharap dengan eratnya genggaman itu ia bisa menyalurkan sedikit keberanian yang ia punya.
“Kau pasti bisa sayang, kau pasti bisa” Taemin tersenyum lembut, berusaha menelan semua kepanikan agar Sulli tidak merasakannya.
“Ayo nyonya Lee, anda harus mengejan lagi, sedikit lagi nyonya” ucap para suster menyemangati.
“Apa bayi kami baik-baik saja?” tanya Taemin khawatir.
“Iya Tuan, tapi karena kelahirannya yang lebih cepat dua minggu, posisi janin menjadi tidak seharusnya, nyonya Lee harus berjuang dua kali lipat dari kelahiran normal. Ayo nyonya, bayinya tidak boleh terlalu lama didalam”
—
“tarik nafas lebih kuat lagi nyonya” sahut suster lainnya. Meski amat lelah, Sulli segera menurut, menarik nafas sekuat mungkin dengan sisa tenaga yang ia punya. Air mata kembali membasahi pipinya, rasanya sungguh sakit di bawah sana. Seperti ditikam benda tajam bertubi-tubi. Tapi kemudian saat benda itu menyentuh bibirnya lembut, sakit itu seakan direnggut darinya. Sepersekian detik Sulli membelalakkan matanya untuk melihat apa yang terjadi, dan YA AMPUN!! Taemin menciumnya! didepan para suster! didepan dokter! Sulli terkaget-kaget, namun hal itu tidak berlangsung lama. Karena ciuman itu menghipnotisnya… ciuman Taemin begitu lembut… begitu sayang… setiap sapuan lembut bibir Taemin seolah mengusir sedikit demi sedikit rasa sakit yang ia rasakan. Hingga tak bersisa.
Taemin mulai memagut, dan pagutan itu mengirim kekuatan baru padanya, mengusir semua rasa sakit tadi. Dan dengan satu pagutan yang cukup keras, Taemin mengakhiri ciumannya, sekaligus mengakhiri perjuangan berat istrinya. Satu detik setelah bibir Taemin melepasnya Sulli berteriak keras, mengerahkan seluruh tenaga yang baru didapatnya untuk mendorong buah hati mereka. Dan… beberapa detik kemudian tangis Sulli-pun pecah, hampir bersamaan dengan tangis-keras bayi yang memenuhi ruangan.
“Selamat Tuan, Nyonya, bayinya perempuan”
Dan tak kalah kerasnya dengan tangisan didalam ruangan, keempat laki-laki yang sejak tadi berebut mengintip dari sepetak kaca yang ada pada pintu ruang bersalin-pun bersorak gaduh dan saling berpelukan, seperti baru saja melihat tim andalan mereka menang dalam pertandingan El Clasico. Kalau boleh jujur, sebenarnya sejak awal keempat laki-laki itu tak kalah gugupnya dengan Taemin.
***
“Unnie…” Sulli menggumam pelan pada punggung yang membelakanginya. Amber yang sedang mengupas apel segera menengok. “Hei, sudah bangun? ayo minum dulu…”
Sulli menurut, minum seteguk untuk memperbaiki suara seraknya barusan. “Taemin oppa mana?” tanyanya kalem.
“Aduh… yang dicium saat melahirkan, begitu membuka mata langsung dicari” goda Krystal. Wajah Sulli otomatis memerah. Tau dari mana sih Krystal?
“Ia sedang mandi, setelah mandi ia akan membawa bayi kalian kesini, untuk diberi ASI olehmu” jawab Amber. Sulli menggigit bibir, lalu dengan nada polos ia bertanya.
“Bagaimana cara memberi ASI unnie?” yang membuat rahang keempat unnienya jatuh saking kagetnya.
“What the…” ungkap Amber yang paling pertama menemukan suaranya.
“Kau bercanda kan?” tanya Krystal.
“Sulli sebaiknya kau tidur lagi” saran Victoria.
Sulli yang masih tertidur lemas menatap keempat sahabatnya dengan kening berkerut. Praktis, gadis itu tidak sedang bercanda, ia memang tidak mengerti.
Luna memutar bola matanya gemas. “Ya ampun. Langkah pertama tentu saja membuka bajumu, kemudian posisikan bayimu didekat dada, setelah itu lepaskan kaitan br-”
“Unnieee… bukan itu yang aku tanyakaaaan” ucap Sulli gemas. “Maksudku bagaimana caranya agar dia minum, apa yang-” Sulli belum selesai berbicara karena keempat sahabatnya mendadak tertawa.
“Hahaha. Ssst sudah sudah ini rumah sakit” Amber memperingatkan.
“Hihihi. Ya ampun. Dengar Sulli, itulah mengapa Tuhan menganugerahi bayi dengan kemampuan membuka mulut terlebih dulu daripada membuka mata. Karena melihat bisa menunggu, sedangkan kebutuhan makan tidak. Jadi meski belum bisa membuka mata untuk melihat, bayi sudah bisa meminum air ASI dengan sendirinya, tanpa perlu diajarkan oleh ayah dan ibunya. Tuhan sudah mengajarkan itu padanya sebelum ia lahir.” terang Victoria.
Sulli tersenyum lega mendengarnya. Konyol juga ia bertanya hal itu, tak heran Amber, Luna, Victoria dan Krystal menertawakannya tadi.
—
Puas bertanya tentang ini itu soal ASI dan sebagainya, Sulli mulai melirik apel di atas nakas dan tergiur karenanya. Ia memandang para unnie-nya dan apel di atas nakas bergantian.
“Unnie, aaaaa” pintanya manja. Luna yang pertama tanggap segera bangkit untuk menyuapi Sulli apel yang sudah dikupas dan dipotong dadu oleh Amber.
“Enak… aku lapar sekali” Sulli menggumam sambil mengunyah, Luna hanya tersenyum sambil terus menyuapinya.
“Oppa yang lain pergi kemana? Taemin oppa kenapa lama sekali, ini sudah 30 menit” rajuk Sulli.
“Menemani anak-anak bermain di taman belakang rumah sakit, takutnya mereka gaduh kalau ada didalam sini” jawab Victoria untuk pertanyaan pertama.
“Mungkin Taemin istirahat sebentar, aku cukup kasihan melihat ia dimarahi via telepon oleh empat orang sekaligus” jawab Krystal.
“Empat orang?” Sulli mengerutkan keningnya.
Luna menghentikan suapan untuk Sulli di udara sebelum menjawab;
“Ayahmu, Ayahnya, Ibumu dan Ibunya, total ada empat orang kan?” terang Luna, lalu kembali menyuapi Sulli.
“Mereka marah karena Taemin nekat membawamu pergi kemari dengan kondisi hamil tua, dan lagi orang tua kalian yang jelas ingin segera melihat cucunya harus bersabar. Jadwal penerbangan ke Jeju sudah full booked untuk dua hari kedepan. Jadi… yah, marahnya berkali-kali lipat, padahal soal tiket ke kan bukan salahnya” Amber mengangkat bahu acuh, membuat Sulli meringis. “Sebenarnya aku yang merengek padanya untuk tetap pergi, awalnya Taemin oppa melarangku ikut” aku Sulli.
Krystal berdecak. “Hah. Mungkin karena itu Tuhan menegurmu, anak kalian harusnya lahir 2 minggu kan?”
“Iya kau benar, lain kali aku tidak boleh terlalu manja padanya” Sulli mengerucutkan bibirnya, cukup sedih mengatakan hal itu. Salah satu hal yang paling disukainya adalah bermanja-manja pada Taemin.
“Siapa bilang kau tidak boleh manja padaku?” Taemin yang masuk dengan bayi digendongannya, tersenyum lebar.
“Awas Ibu-ibu, putri kecil mau lewat” ucapnya berjalan melewati keempat sahabat istrinya.
“Ha! Lihat senyum konyol pada wajahnya itu” ejek Luna.
“Ini senyum bahagia seorang Ayah noona, bukannya Jonghyun hyung juga seperti ini saat Seungpyo lahir?”
“Kurasa waktu itu Kim Jonghyun menyeringai, bukannya tersenyum konyol” Luna membela suaminya.
“Kurasa senyum konyol lebih baik dari menyeringai” Victoria buka suara.
Krystal mengangguk setuju. “Iya, apalagi seringai-an Jonghyun oppa itu-”
“Membicarakanku huh?” Jonghyun dan tiga lainnya masuk dengan Seungpyo yang tertidur pulas pada bahunya. Keempat anak kecil lainnya-pun begitu. Ruangan VIP yang cukup lapang itu-pun terasa penuh karena kedatangan mereka.
Krystal memutar bola matanya kesal, tanpa menggrubis Jonghyun ia mengalihkan matanya pada Sulli yang memberi bayinya ASI. “Wow. Benar-benar mirip denganmu ya. Cute as hell”
Taemin tersenyum bangga mendengarnya. “Berilah nama untuknya sayang”
“Benarkah? Oppa yakin dengan pilihan namaku?”
“Kau yang berjuang mati-matian, kenapa tidak?”
“Mmmm. Baiklah… aku akan menamainya….” ucapan Sulli menggantung, matanya berkeliling setiap sudut kamar. Sebelumnya ia dan Taemin sudah menyiapkan beberapa nama, tapi kemudian Taemin mempercayakan hal ini padanya. Ia harus memberi nama yang baik, kelak jika sudah tua, ia juga ingin bisa mengenang bagaimana ia dan Taemin bertemu hanya dengan memanggil nama anaknya. Hmmm… apa itu saja ya? Simple, tapi manis, cocok untuk bayi menggemaskan yang sedang diberinya minum ini.
Tidak hanya Taemin, seisi sampai kamar ikut menahan napas karena Sulli tidak kunjung membuka mulut.
“Oke, panggil dia Taeri, Lee Taeri” Sulli mengumumkan dengan penuh senyum. Luna dan Victoria tersenyum simpul. Sementara keempat laki-laki yang menggendong anak-anak mereka hanya Saling tatap, menyadari betapa simpelnya nama itu, namun berarti begitu khusus.
“Nama yang bagus” komentar Amber.
“Its just me or what? Does it sound like Taelli?” tanya Krystal yang pada dasarnya menyuarakan pikiran para sahabat dan suaminya.
“Yup. Taemin-Jinri. Taeri” Sulli mengiyakan.
“Kau menamai anakmu dengan nama pemberian netizen untukmu dan Taemin? Kau serius?” tanya Krystal lagi.
“Tidak apa-apa kan? itu sebutan netizen atas cinta kami berdua” jawab Sulli riang.
“Ewww… dasar. Tapi nama Taeri manis juga” Krystal tersenyum. Dan senyum menawannya menular, kesemua orang yang ada diruangan ini.
“Nnng, mana adiknya? aku mau lihat” Eunsung yang pertama kali terbangun meminta Ayahnya mendekat kearah Sulli.
“Adiknya cantik ya, Ayah!”
Onew tersenyum. “Nanti Eunsung harus menjaganya dengan baik.”
“Baik, nanti Eunsung ingin menggendongnya ya, Ayah?” Semuanya tertawa kecil, tapi tawa Sulli dan Taemin-lah yang paling bahagia. Akhirnya, harapan untuk melihat anak mereka bermain bersama anak-anak sahabat mereka terkabul sekarang.
FIN.
Ok, jelek ya endingnya? ._. maklum ya ini masih anget banget lho, finish langsung aku post tanpa di cek.
Maklum ya kalo ada typo, males ngecek T.T
Komentar looooh yang udah terlanjur baca.. Thankyoooouuu~~
Apapun endingnya…ceritanya T.O.P bgt deh….
Sueerrr ini cerita bagus banget thor..
Demi apa…??*alaykumatplakk
bagus thor aku suka FF’a
sampe ngakak yg waktu mereka di vila
aku suka banget sama FF’a
Pokok’a daebak buat author deh
di tunggu FF Taelli lainnya ne author
Fightiiiiing^0^)9
Waw, keren bgt thor. Daebak!^^
Endingnya berasa ngejanggal gitu..
Tapi keseluruhan ceritanya DAEBAK..
Feel keluarganya dapet banget, karakter mereka sebagai ayah dan ibu dapet banget..
Padahal umur mereka belum tua-tua amat..
Daebak author….
Seru banget
TWOTHUMBS UP FOR U AUTHOR-NIM~!! ^^♡ ceritanya asli bikin senyum2 sndr(?) nge-fly juga sih. langsung ngebayangin kalo shinee-fx jadi punya keluarga gitu. hihihi~ love ur story♡
Aku sekalian promosi, ya? ._. boleh yaaaa~ :3 aku newbie soalnya /gaadayangnanya/ kunjungi blog aku ya ~» Jjungji.wordpress com ff-nya baru satu sih._.v hehehe~ follow ya~ Kamsahamnida Author-nim ^^ /bow/
Ah mianhae, maksud aku ~» jjungji.wordpress.com /ditimpuksendal/ /kaburduluan/ ._.v
keren buaaaaaaanget
boleh minta sequel ngga’ ..
Ff.x ‘agak’ gantung
wk.wk.wk ..